Selasa, 03 Maret 2015

mengenal ayam kampung

Ayam Kampung
Ayam Kampung adalah ayam lokal yang paling dikenal masyarakat Indonesia dan tersebar luas di seluruh pelosok Nusantara. Ayam ini banyak dipelihara secara tradisional di perdesaan. Ayam kampung memiliki warna bulu yang sangat bervariasi.
Bentuk dan ukurannya pun bermacam-macam. Beragamnya karakter ayam kampung ini disebabkan karena proses perkawinan berlangsung secara alami tanpa pengawasan pemelihara.
Menurut Sumanto et al. (1990),  ayam kampung banyak dipelihara karena relatif mudah, tidak memerlukan modal besar serta berperan dalam memanfaatkan sisa-sisa buangan dapur maupun sisa-sisa hasil pertanian. Berbeda dengan ayam ras, ayam kampung  termasuk tipe dwiguna yang tidak dibedakan berdasarkan tipe pedaging atau petelur.
buras epetani.deptan.go.id
Gambar 3. Ayam Kampung. Sumber: deptan.go.id.
Budidaya ayam kampung biasanya dilakukan secara sederhana dengan melepas unggas di sekitar halaman dan permukiman (ekstensif). Hal ini menyebabkan produksi telur dan daging ayam kampung jauh lebih rendah dibandingkan dengan ayam ras petelur dan pedaging.
Meskipun produktifitasnya relatif rendah, daging dan telur ayam kampung sangat digemari oleh konsumen di Indonesia. Daging ayam kampung memiliki cita rasa yang gurih dan enak, tekstur lebih kenyal dan tidak mudah hancur saat di masak dalam waktu yang lama. Telur ayam kampung pun dinilai lebih banyak mengandung gizi dan khasiat sehingga harganya lebih mahal dibandingkan telur ayam ras.
Pemeliharaan secara intensif dapat menghasilkan ayam Kampung yang mempunyai rataan bobot badan jantan 1.815 ± 353 g dan betina 1.382 ± 290 g (Mulyono dan Pangestu, 1996). Sumanto et al. (1990) menyatakan bahwa perbaikan tatalaksana ayam Kampung menghasilkan bobot badan umur lima bulan meningkat dari 625 g menjadi 677 g.
Frekuensi bertelur dari tiga kali/tahun meningkat menjadi lima kali/tahun, menurunkan mortalitas dari 51% menjadi 34% dan waktu bertelur setelah mengeram dari rata-rata 70 hari turun menjadi 20 hari.
Sinurat et al. (!992) juga menyatakan bahwa umur pertama bertelur pada ayam Kampung 7,5 bulan, produksi telur   80,3 butir/induk/tahun, frekuensi bertelur 7,5 kali/tahun dan daya tetas telur 83,7% pada pemeliharaan secara intensif.
Hasil pembibitan open nucleus yang dilakukan di Balai Penelitian Ternak Ciawi, ayam Kampung berproduksi telur selama 12 minggu sebesar 43,24% hen day, jumlah telur 36,32 butir/ekor/12 minggu, bobot telur 30 g/butir dan rataan bobot telur selama 12 minggu sebesar 40 g/butir (Zainuddin et al., 2005).
Seleksi indukan yang memiliki sifat-sifat unggul dan pemeliharaan secara intensif  ternyata dapat meningkatkan produktifitas ayam kampung. Ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara secara intensif ini biasanya disebut ayam Buras (bukan ras).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar