Ayam Kampung
Ayam Kampung adalah ayam lokal yang paling dikenal masyarakat
Indonesia dan tersebar luas di seluruh pelosok Nusantara. Ayam ini
banyak dipelihara secara tradisional di perdesaan. Ayam kampung memiliki
warna bulu yang sangat bervariasi.
Bentuk dan ukurannya pun bermacam-macam. Beragamnya karakter ayam
kampung ini disebabkan karena proses perkawinan berlangsung secara alami
tanpa pengawasan pemelihara.
Menurut Sumanto et al. (1990), ayam kampung banyak
dipelihara karena relatif mudah, tidak memerlukan modal besar serta
berperan dalam memanfaatkan sisa-sisa buangan dapur maupun sisa-sisa
hasil pertanian. Berbeda dengan ayam ras, ayam kampung termasuk tipe
dwiguna yang tidak dibedakan berdasarkan tipe pedaging atau petelur.
Gambar 3. Ayam Kampung. Sumber: deptan.go.id.
Budidaya ayam kampung biasanya dilakukan secara sederhana dengan
melepas unggas di sekitar halaman dan permukiman (ekstensif). Hal ini
menyebabkan produksi telur dan daging ayam kampung jauh lebih rendah
dibandingkan dengan ayam ras petelur dan pedaging.
Meskipun produktifitasnya relatif rendah, daging dan telur ayam
kampung sangat digemari oleh konsumen di Indonesia. Daging ayam kampung
memiliki cita rasa yang gurih dan enak, tekstur lebih kenyal dan tidak
mudah hancur saat di masak dalam waktu yang lama. Telur ayam kampung pun
dinilai lebih banyak mengandung gizi dan khasiat sehingga harganya
lebih mahal dibandingkan telur ayam ras.
Pemeliharaan secara intensif dapat menghasilkan ayam Kampung yang
mempunyai rataan bobot badan jantan 1.815 ± 353 g dan betina 1.382 ± 290
g (Mulyono dan Pangestu, 1996). Sumanto et al. (1990) menyatakan
bahwa perbaikan tatalaksana ayam Kampung menghasilkan bobot badan umur
lima bulan meningkat dari 625 g menjadi 677 g.
Frekuensi bertelur dari tiga kali/tahun meningkat menjadi lima
kali/tahun, menurunkan mortalitas dari 51% menjadi 34% dan waktu
bertelur setelah mengeram dari rata-rata 70 hari turun menjadi 20 hari.
Sinurat et al. (!992) juga menyatakan bahwa umur pertama
bertelur pada ayam Kampung 7,5 bulan, produksi telur 80,3
butir/induk/tahun, frekuensi bertelur 7,5 kali/tahun dan daya tetas
telur 83,7% pada pemeliharaan secara intensif.
Hasil pembibitan open nucleus yang dilakukan di Balai Penelitian Ternak Ciawi, ayam Kampung berproduksi telur selama 12 minggu sebesar 43,24% hen day,
jumlah telur 36,32 butir/ekor/12 minggu, bobot telur 30 g/butir dan
rataan bobot telur selama 12 minggu sebesar 40 g/butir (Zainuddin et al., 2005).
Seleksi indukan yang memiliki sifat-sifat unggul dan pemeliharaan
secara intensif ternyata dapat meningkatkan produktifitas ayam kampung.
Ayam kampung yang telah diseleksi dan dipelihara secara intensif ini
biasanya disebut ayam Buras (bukan ras).
- Beranda
- Pribadi
- Kuliner
- Kesehatan
- Olahraga
- tips
- mengenal ayam nusantara
- 1.mengenal ayam wareng
- 2.mengenal ayam walik
- 3.mengenal ayam tukong
- 4.mengenal ayam tolaki
- 5.mengenal ayam sumatra
- 6.mengenal ayam sentul
- 7.mengenal ayam renda batu
- 8.mengenal ayam olagan
- 9.mengenal ayam pelung
- 10.mengenal ayam nunukan
- 11.mengenal ayam merawang
- 12.mengenal ayam ketawa
- 13.mengenal ayam kedu
- 14.mengenal ayam kampung
- 15.mengenal ayam gaok
- 16.mengenal ayam delona
- 17.mengenal ayam ciparage
- 18.mengenal ayam cemani
- 19.mengenal ayam brugo
- 20.mengenal ayam bakisar
- 21.mengenal ayam banten
- 22.mengenal ayam bangkalan
- 23.mengenal ayam bali
- 24.mengenal ayam balenggek
- 25.mengenal ayam ayunai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar