Ayam Pelung
Ayam Pelung adalah galur ayam lokal asli dengan ukuran tubuh paling
besar di Indonesia. Ayam ini berasal dari desa Bumi Kasih, Jambu Dipa,
Songgom dan Tegal Lega, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat.
Ayam Pelung dibudidayakan oleh masyarakat terutama untuk suara kokok
pejantannya yang khas. Populasi ayam pelung pada tahun 1994 sekitar 5 – 6
ribu ekor dan di Jawa Barat diduga telah berkembang mencapai kurang
lebih 30 ribu ekor pada tahun 2007 (Iskandar dan Susanti, 2007).
Gambar 3. Pelung Merah.Sumber: tokobagus.com.
Ayam Pelung mulai dikenal masyarakat Cianjur sejak tahun 1850-an.
Konon, ayam ini pertamakali dipelihara oleh seorang Kiai bernama H.
Djarkasih alias Mama Acih (Alm).
Suatu hari beliau, yang tinggal desa Bunikasih, Kecamatan
Warungkondang, menemukan seekor anak ayam jantan besar, tinggi dan
“turundul” (berbulu jarang). H. Djarkasih kemudian memelihara anak ayam
temuannya ini dengan baik hingga dewasa.
Ayam tersebut tumbuh dengan pesat dan berkokok dengan suara besar,
panjang dan berirama. Orang-orang pada masa itu, sangat kagum mendengar
suara kokoknya yang mengalun indah. Ayam ini kemudian disebut ayam
“Pelung”.
Sejak saat itu, masyarakat mulai membudidayakan dan melestarikan ayam Pelung ini.
Gambar 4. Pelung Putih. Sumber: majalahburungpas.com.
Ayam Pelung mempunyai ukuran tubuh sangat besar dan tegap. Kaki
panjang dan kuat berwarna hitam kebiru-biruan. Pahanya berdaging tebal.
Dada berdaging tebal dan menonjol ke depan.
Pejantan berjengger tunggal dengan ukuran pial sangat besar, tebal,
tegak, bergerigi dan berwarna merah. Kepala dan leher juga berukuran
sangat besar dibandingkan dengan proporsi tubuh.
Warna bulu ayam Pelung juga bervariasi seperti ayam Kampung
kebanyakan. Namun sebagian besar pejantan dan betina memiliki warna
kombinasi merah dan hitam. Variasi warna lainnya adalah kombinasi
kuning-hitam, putih-hitam dan kuning kehijauan-hitam.
Seekor ayam Pelung betina mulai bertelur pada usia 160-210 hari dan dapat menghasilkan telur hingga 70 butir/tahun.
Gambar 5. Pelung Hitam.
Bobot rata-rata pejantan Ayam Pelung sekitar 4-5 kg. Bahkan dimasa
lalu dapat mencapai 6-7 kg. Sedangkan bobot rata-rata betina berkisar
antara 3-4 kg.
Pertumbuhan yang sangat pesat dan bobot yang tinggi menyebabkan ayam
Pelung menjadi kandidat yang sangat baik untuk dikembangkan menjadi ayam
pedaging.
Namun, harga jual ayam Pelung sebagai ayam hias atau ayam kontes jauh
lebih tinggi, sehingga masyarakat lebih memilih untuk membudidayakan
ayam ini demi suara kokok pejantannya yang indah.
Gambar 6. Pelung Kuning-Hijau (Wido).
Kelebihan sifat genetik ayam pelung yang bertubuh besar dan tumbuh
cepat dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas ayam lokal lainnya.
Hal ini disadari oleh masyarakat Sukabumi yang menyilangkan ayam
pelung jantan dengan ayam kampung agar bobot ayam kampung setempat
meningkat.
Ayam hasil silangan Pelung dan ayam kampung memiliki daging yang
lebih tebal pada bagian dada dan paha. Namun tekstur dan cita rasanya
tidak berubah dan sama seperti daging ayam kampung pada umumnya sehingga
cukup digemari konsumen. Oleh masyarakat Sukabumi, ayam silangan ini
disebut ayam Nagrak.
Sumber: Sofjan Iskandar dan Triana Susanti (2007).
- Beranda
- Pribadi
- Kuliner
- Kesehatan
- Olahraga
- tips
- mengenal ayam nusantara
- 1.mengenal ayam wareng
- 2.mengenal ayam walik
- 3.mengenal ayam tukong
- 4.mengenal ayam tolaki
- 5.mengenal ayam sumatra
- 6.mengenal ayam sentul
- 7.mengenal ayam renda batu
- 8.mengenal ayam olagan
- 9.mengenal ayam pelung
- 10.mengenal ayam nunukan
- 11.mengenal ayam merawang
- 12.mengenal ayam ketawa
- 13.mengenal ayam kedu
- 14.mengenal ayam kampung
- 15.mengenal ayam gaok
- 16.mengenal ayam delona
- 17.mengenal ayam ciparage
- 18.mengenal ayam cemani
- 19.mengenal ayam brugo
- 20.mengenal ayam bakisar
- 21.mengenal ayam banten
- 22.mengenal ayam bangkalan
- 23.mengenal ayam bali
- 24.mengenal ayam balenggek
- 25.mengenal ayam ayunai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar